Vihara Avalokistevara (Pondok Cabe)
SEJARAH
Vihara ini berdiri pada tahun 1984, nama Avalokestivara berasal
dari bahasa sansekerta yang berarti “Sang penguasa yang mengamati (dunia)
dibawahnya dengan welas asih” yang dimaksud disini ialah ditujukan kepada Dewi
Quan Im (dewi welas asih), yang disimbolkan bertangan banyak (sang penolong),
tokoh perempuan yang berbudi pekerti, menginspirasi manusia agar hidup lebih
baik serta mengakhiri sebab penderitaan yang akhirnya menuju kebahagiaan. Di dalam vihara initerdapat campuran antara
pengaruh luar(China) dan budaya Indonesia.
ALIRAN
Vihara ini beraliran Mahayana, akan tetapi
jika ada umat Buddha yang beraliran Theravada ingin beribadah di vihara ini
diperbolehkan, dan mereka juga menggunakan aturan dalam ibadahnya sesuai dengan
aliran masing-masing. Bhikku dalam vihara ini (Theravada) kebanyakan dari Jawa,
sedangkan yang Mahayana berasal dari China. Khusus untuk pernikahan, mereka
menggunakan bahasa pali, karena sudah ditetapkan oleh departemen agama untuk
menggunakan bahasa pali.
Pura Kerta Jaya (Tangerang)
-
SEJARAH
Pada tahun 1963 Gunung Agung yang terletak di
Rendang, Karangasem, Bali meletus. Akibat letusan gunung tersebut mengakibatkan
banyak korban jiwa (1.148 meninggal dunia dan 296 mengalami luka-luka). Banyak
orang Bali yang merantau untuk mencari keselamatan yang kebanyakan berprofesi
sebagai dokter, polisi, dan PNS. Diantaranya
adalah Gede Gunaksa, made anda, made sumitiya (dokter), dan made lokayasa
(PNS).
Awal mulanya mereka ini door to door (kumpul-kumpul), dari adanya
perkumpulan itu, timbulah pemikiran untuk mendirikan pura. Mereka punya usul
nama pura kerta jaya (kerta: jembatan, jaya: kejayaan =jembatan menuju
kejayaan). Pura kerta jaya
berdiri pada tahun 1983. Kemudian pada tahun 1984 pura ini sudah bisa dipakai
untuk sembahyang.
Di dalam pura kerta jaya terdapat beberapa
ruangan, yaitu: ruang latihan musik, ruang untuk latihan menari, ruang
pendidikan, pernikahan (umum), dan juga ruang persembahyangan.
-
-
ALIRAN
Di dalam pura kerta jaya ini tidak hanya ada
satu aliran, melainkan banyak aliran ada di pura ini, diantaranya adalah
Siwaisme, Waisnawa, Krisna, Siaibaba, Dewi Durga. Karena mereka mempunyai
prinsip “SARWE SUKI BAWANTUM” yang artinya semoga semua ciptaanya berbahagia.
Maksudnya, akhir dari tujuan umat Hindu ialah kebahagiaan. Kemudian “SATWAM
SIWAP SUDARAM” yang artinya kebenaran, kesucian, keindahan. Mereka itu sangat
menghormati perbedaan. Yang ketiga “MENYAMUBRAYO” yang
artinya bersaudara (saudara kandung dan satu iman). Selanjutnya “WASUDHAIVA
KUTUBAKAM” yang artinya kita adalah bersaudara (karena berasal dari Tuhan yang
satu).
Sumber: wawancara langsung dengan pengurus Vihara & Pura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar