Kamis, 13 Desember 2018

Responding Papper (Ajaran Hindu tentang Catur Marga)


Ajaran Hindu tentang Catur Marga
A.   Pengertian dan tujuan Catur Marga

Catur Marga berasal dari dua kata yaitu catur dan marga. Catur berarti empat dan marga berarti jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Catur Marga juga sering disebut Catur Marga Yoga. Dimana kata Yoga, dapat berarti masuk atau menyatukan diri, sehingga Catur Marga dapat diartikan empat jalan untuk menyatukan diri sengan Tuhan untuk mencapai moksa.
Keempat jalan ini memiliki nilai yang sama namun menjadi sangat menjadi utama apabila didasari dengan kesungguhan hati dan sradha yang mantap. Sumber Catur Marga sendiri ada diajarkan dalam pustaka suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya tentang karma yoga marga yaitu sebagai suatu sistem yang berisi ajaran yang membedakan antara ajaran subha karma (perbuatan baik) dan ajaran asubha karma (perbuatan buruk). Dimana yang dibedakan menjadi perbuatan tidak berbuat (akarma) dan perbuatan yang keliru (wikarma). Karma sendiri memiliki dua makna yaitu karma terkait ritual atau yajna dan karma dalam arti ti yoga kah perbuatan. Kedua, tentang bkahti yoga marga yaitu menyembah Tuhan dalam wujud yang abstrak dan menyembah Tuhan dalam wujud yang nyata, misalnya mempergunakan nyasa atau pratima berupa arca atau mantra. Ketiga tentang jnana yoga marga yaitu jalan pengetahuan suci menuju Tuhan Yang Maha Esa, ada dua pengetahuan yaitu Jnana (ilmu pengetahuan) dan Wijnana (serba tahu dalam pengetahuan itu). Keempat, Raja Yoga Marga yakni meengajarkan tentang cara atau jalan yoga atau meditasi (konsentrasi pikiran) untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widi Wasa.
B.   Macam-macam Catur Marga
a.     Bhakti Marga
Bhakti artinya cinta kasih yaitu menyalurkan atau mencurahkan cinta yang tulus dan luhur kepada Tuhan, kesetiaan kepada Nya, perhatian yang sungguh –sunggu untk memujaNya. Kata Marga berarti jalan atau usaha, sehingga Bhakti Yoga Marga adalah jalan pengabdian kepada Ida Sang Hyang Widi melalui cinta kasih yang luhur dan mulia. Untuk memupuk sradha harus adanya rasa bhakti dan kasih sayang terhadap Tuhan, dalam Bhakti Yoga Marga untuk mencapainy ada dua bentuk yaitu :
a.)  Aphara Bhakti, merupakan bhakti yang dilakukan melalui pemujaan atau persembahan dengan berbagai permohonan. Dan permohonan itu wajar mengingat keterbatasan pengetahuan kita. Namun. Permohonan yang dimaksudkan itu wajar dan tidak berlebihan.
b.)  Parabhakti, merupakan bhakti yang dilakukan melalui pemujaan atau persembahan dengan rasa tulus ikhlas, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Ida Sang Hyang Widi. Penyerahan diri sepenuhnya disini bukanlah suatu hal yang pasif tidak mau melakukan aktivitas, tetapi ia aktif dan dengan keyakinan bahwa bila bekerja dengan baik dan tulus niscaya akan memperoleh pahala yang baik pula.

b.     Karma Marga Yoga
Karma Marga Yoga adalah jalan atau usaha untuk mencapai kesempurnaan atau moksa dengan perbuatan dan bekerja tanpa pamrih. Dimana karma marga ini mengamalkan agama dengan berbuat Dharma atau kebajikan seperti mendirikan tempat suci (pura) dan merawatnya, menolong orang yang kesusahan, melaksanakan kewajiban sebagai anggota keluarga/ anggota masyarakat dan berbagai kegiatan sosial (subhakarna) lainnya yang dilandasi dengan ikhlas dan rasa tanggug jawab.
c.      Jnana Marga
Jnana Marga ialah suatu jalan dan usaha untuk mencapaijagadhita dan Moksa dengan mempergunakan kebijaksanaan filsafat (Jnana). Di dalam usaha untuk mencapai kesempurnaan dengan kebijaksanaan itu, para arif bijaksana (Jnanin) melaksanakan dengan keinsyafan bahwa manusia adalah bagian dari alam semesta yang bersumber pada suatu sumber alam, yang di dalam kitab suci Weda disebut Brahman atau Purusa.
Di dalam Upanishad dijelaskan bahwa Brahman atau Purusa adalah sebagai sumber unsur- unsur rohani maupun jasmani semua makhluk dan sumber segala benda yang terdapat di alam ini. Brahman sebagai sumber segala- galanya mempunyai kekuatan yang dapat dikatakan hukum kodrat, atau sifatnya yang menyebabkan Brahman berubah menjadi serba segala, rohaniah maupun jasmaniah (sekala- niskala). Menginsyafi bahwa segala yang ada, rohani maupun jasmani, benda yang berwujud (Sthula) maupun abstrak (suksma) bersumber pada Brahman, maka para bijaksana (Jnanin) memandang bahwa semua benda jasmaniah (jasad) dan wujud rohani (alam pikiran dan sebagainya) yang timbul dari Brahman adalah benda dan wujud yang bersifat sementara (relatif). Hanya sumbernya yaitu Brahman (Siwa) Yang Maha Agung yang sungguh- sungguh ada dan mutlak (absolut).
Dengan kebijaksanaan (Jnana) mereka dapat mencapai dharma yang memberikan kebahagiaan lahir batin dalam hidupnya sekarang, di akhirat (Swarga) dan dalam penjelmaan yang akan datang (Swarga Cyuta). Andaikata rahmat melimpah akhirnya mereka dapat menginjak alam Moksa yaitu kebahagiaan yang kekal, yang menyebabkan roh (Atma) bebas dari penjelmaan.
d.     Raja Marga Yoga

Raja Marga Yoga berarti jalan atau usaha tertinggi untuk menghubungkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui jalan Yoga yang tertinggi. Bila dua jalan sebelumnya, yakni Bhakti Marga Yoga dan Karma Marga Yoga disebut Prvrtti Marga, yakni jalan yang umum dan mudah dilaksanakan oleh umat awam pada umumnya, maka dua jalan yang lain, yakni Jnana Marga Yoga dan Raja Marga Yoga disebut Nivrtti Marga, yang artinya jalan yang tidak umum atau bertentangan. Raja Yoga Marga memerlukan pengendalian diri, disiplin diri, pengekangan dan penyangkalan terhadap hal keduniawian. Drs. I Gusti Made Ngurah dkk berpendapat:”  Bhakti Marga Yoga dan Karma Yoga di satu sisi dan Jnana Marga Yoga dan Raja Marga Yoga pada sisi yang lain sebenarnya sangat baik bila berjalan seimbang ibarat sepasang sayap dari seekor burung, seimbangnya burung menjadikan burung mampu terbang tinggi.” (Ngurah, 2006 : 93) Sumber ajaran hatha Yoga secara terperinci dapat dijumpai dalam Gheranda Samhita karya maharsi Geranda. Untuk sampai pada pengertian yang benar tentang Yoga, Maharsi Patanjali pada bagian awal karyanya Yogasutra menyatakan:
“ Yogas citta vrtti nirodhah”
Yogasutra I.2.
Kalimat sutra ini menegaskan bahwa yang dimaksud Yoga adalah mengendalikan pikiran, bagaimana mengendalikan geraknya pikiran, maka merealisasikan tahapan- tahapan  Astanga Yoga, yakni Yama dan Niyama yang menekankan pada kemampuan untuk mengendalikan diri, Asana dan Pranayama menekankan pada latihan jasmani, sedang Pratyahara, Dharana, dan Dhyana menekankan pada latihan konsentrasi. Samadhi merupakan tujuan dari Raja Yoga.


 Keempat jalan (marga) itu dapat dilakukan diberbagai tempat dan waktu sesuai kemampuan seseorang dan keempatnya tidak dapat dipisahkan karena dalam prakteknya saling berkaitan. Misalnya sembahyang , keempat cara (marga) itu dapat diamalkan sekaligus yaitu :
- rasa hormat atau berserah merupakan wujud bhakti marga.
- Menyiapkan sarana kebhaktian merupakan wujud karma marga.
- Pemahaman tentang sembahyang merupakan wujud jnana marga. 
- Duduk tegak-tenang-konsentrasi merupakan wjud raja marga.
     Jika direnungkan dan diperhatikan maka sesungguhnya pengamalan agama Hindu sangat mudah, praktis dan lues. Keluesan itu disebabkan karena agama Hindu dapat dilaksanakan :
- Dengan mempraktekan Catur Marga
- Oleh seluruh umat tanpa terkecuali
- Disegala tempat, waktu dan keadaan
- Tidak harus dengan materi
- Sesuai dengan kemampuan umat
- Sesuai dengan adat istiadat karena Hindu menjiwai adat istiadat.
     Demikian agama Hindu dapat diamalkan selama 24 jam setiap hari dengan cara serta bentuk pengamalan  yang beraneka ragam. Untuk itu umat Hindu tidak patut memaksakan bentuk pengamalan agama agar seragam dari segi materi maupun bentuk material lainnya, apalagi keseragaman jumlah uang. Namun yang harus sama dan seragam ialah prinsip dasar ajaran agama.

http://ilmuhindubuddha.blogspot.com/2015/06/ajaran-hindu-tentang-catur-marga.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar